Langsung ke konten utama

Menkes : Covid-19 Jadi Momentum Kebangkitan Obat Modern Asli Indonesia


Menkes: Covid-19 Jadi Momentum Kebangkitan Obat Modern Asli Indonesia
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kiri) didampingi pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno (kanan) meninjau proses produksi produk farmasi di Dexa Site Cikarang, Jawa Barat, Jumat (21/2/2020). ( Foto: istimewa )

Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto mengatakan, salah satu solusi saat ini adalah mendorong riset penemuan dan hilirisasi produk obat modern asli Indonesia (OMAI). OMAI, kata Menkes, jadi substitusi bahan baku impor dari Tiongkok yang kini berhenti produksi karena wabah Covid-19.

Selain Kemkes, kemandirian di sektor kesehatan melalui pengembangan produksi obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri, termasuk OMAI telah mendapatkan dukungan beberapa kementerian lain. Di antaranya adalah Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Menkes mengatakan, ke depan istilah fitofarmaka atau obat herbal yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah melalui uji praklinis dan uji klinis tidak lagi digunakan. Istilah itu akan diganti dengan OMAI. Saat ini, ada 13 jenis produk OMAI yang sudah diproduksi dalam negeri. OMAI adalah obat modern dengan bahan baku seluruhnya asli dari kekayaan alam Indonesia.

“OMAI sangat besar dengan efek samping kecil. Ini sebuah potensi pasar luar biasa,” ucap Menkes saat melakukan kunjungan kerja ke Dexa Site Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (21/2/2020).

Menkes mengatakan, OMAI dengan warga logo merah putih adalah bukti Indonesia sudah mampu menyediakan substitusi bahan baku impor. Ke depan OMAI akan masuk dalam program JKN-KIS, sehingga biaya obat maupun bahan medis habis pakai bisa ditekan. Penggunaan OMAI akan mendorong kemandirian bahan baku dalam negeri.

Pimpinan Dexa Group, Ferry Soetikno mengemukakan, pihaknya telah mengupayakan kemandirian bahan baku obat-obatan melalui penelitian dan pengembangan produk OMAI sejak tahun 2005 yang dilakukan di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Ini adalah salah satu cara industri membantu pemerintah untuk mendukung percepatan kemandirian bahan baku farmasi yang telah tertuang pada Inpres 6/2016.

“Percepatan pengembangan produksi bahan baku farmasi dalam negeri harus direalisasikan secara menyeluruh dari hulu yakni proses penelitian dan penemuan hingga ke hilir melalui penggunaan hasil riset dalam JKN sebagai bentuk kepastian pasar,” kata Ferry

Melalui DLBS, Dexa Group melakukan kegiatan riset di tingkat hulu dengan mengembangkan sediaan farmasi dan memproduksi Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang berasal dari makhluk hidup. Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan 4 produk fitofarmaka di Indonesia dan sejumlah produk obat herbal terstandar.



Dina Manafe / IDS
Sumber: BeritaSatu.com

SC : https://www.beritasatu.com/kesehatan/601711-menkes-covid19-jadi-momentum-kebangkitan-obat-modern-asli-indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Proyek Penemuan Obat Baru GSK Untuk Mengatasi Resistensi Antibiotik

Gambaran Singkat Proses Pengemasan Vaksin di GlaxoSmithKline 3 Proyek Penemuan Obat Baru GSK Untuk Mengatasi Resistensi Antibiotik.  Perusahaan Farmasi berbasis di Brentford, London, Inggris memiliki komitmen dalam memberantas fenomena resistensi antibiotik. [Baca :  Resistensi Antimikroba Akan Lebih Berbahaya Dibanding Kanker di Tahun 2050 ] Dalam 25 tahun terakhir, peningkatan yang stabil dalam bakteri kebal terhadap antibiotik telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global. Dengan munculnya resistensi terhadap pengobatan yang paling banyak digunakan dan beberapa antibiotik baru dalam pembangunan, para ahli telah memperingatkan kembali ke era pra-antibiotik, di mana prosedur medis tidak akan lagi dapat berlangsung, dan pasien dapat secara rutin meninggal karena infeksi ringan. Menanggulangi resistensi antibiotik merupakan tantangan GSK yang ingin menjadi bagian dari pemecahan masalah, tetapi satu perusahaan tidak bisa melakukannya sendiri. Karena berbagai kompleksitas

Covid-19 dan Kemandirian Industri Farmasi Nasional

Foto ilustrasi: iStock Pandemi Covid-19 membuat dunia dalam kondisi nyaris hibernasi. Segala kegiatan yang tidak mendesak dibatasi bahkan dihentikan untuk memperlambat penyebaran virus dan melandaikan kurva infeksi. Selain untuk menekan angka kematian dan perlambatan penyebaran virus, hal tersebut juga untuk memberikan waktu bagi para ilmuwan agar segera menemukan obatnya. Pandemi dan penyebaran wabah yang begitu masif tentu memaksa kesigapan semua negara meningkat, termasuk dalam hal ketersediaan obat-obatan. Terkait dengan hal ini, tentunya tidak dapat terlepas dari ketahanan industri farmasi nasional yang merupakan salah satu pilar penting pembangunan kesehatan nasional. Tantangan dan Isu Strategis Menengok ke belakang, pada 2016, Presiden Joko Widodo menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri. Dalam inpres tersebut, Presiden memerintahkan seluruh instansi terkai